Minggu, 30 September 2018

Penelitian TKJI


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu upaya untuk mewujudkan manusia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani adalah dengan Pendidikan Jasmani (Penjas). Walaupun undang-undang tentang sistem Pendidikan Nasional sudah ada, namun belum berarti bahwa pendidikan jasmani dan kesehatan khususnya dalam olahraga telah dilaksanakan sebagaimana mestinya disemua tingkat dan jenjang pendidikan. Dalam praktiknya, di sekolah ternyata banyak dijumpai pendidikan iasmani yang hasilnya kurang optimal dan proporsional dari apa yang diharapakan.
Pendidikan ketrampilan hidup sehat pada dasarnya merupakan penanaman kebiasaan yang meliputi kesehatan fisik berupa tingkat kesegaran jasmani, kesehatan mental dan sosial. Adanya motto “Menssana in corpore sano“ yang merupakan semboyan hidup Bangsa Romawi terkesan bahwa tubuh yang sehat itu dianggap sebagai suatu presupposisi atau Condisi Sine Quanom, yang berupa “manusia sempurna”, terkait dua unsur bahwa dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat pula.
1
 
Hal ini menunjukkan bahwa pribadi normal atau sehat dengan mental sehat itu secara relatif dekat dengan intregitas jasmaniah dan rokhaniah ideal, yang merupakan perpaduan secara harmonis dua unsur antara tubuh dan jiwa (Sumardianto, 2000:63). Seseorang yang memiliki kesehatan mental dan jasmani yang baik dapat diketahui dengan sifat-sifat efisien, memiliki tujuan hidup jelas, punya konsep diri yang sehat dan konsentrasi tinggi, ada koordinasi antara segenap potensi dengan usaha-usaha, memiliki intregitas kepribadian dan batinnya selalu tenang.
Masalah kesehatan mental dan kesegaran jasmani merupakan hal yang sangat penting kaitannya dalam prestasi belajar pendidikan jasmani dan kesehatan seorang anak usia sekolah. Hal ini terbukti di (........Subyek Penelitian) yang berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan gerak yaitu berusai antara 7-12 tahun yang mempunyai karakteristik mulai kematangan dalam fisik dan fisiologis serta perkembangan dan minat melakukan aktivitas fisik (Khomsin, 2002:21-27), khususnya siswa kelas VI bahwa anak yang benar-benar melaksanakan olahraga, dalam dirinya tumbuh rasa enggan dalam melaksanakan kegiatan lain. Semangat belajar juga tumbuh di dalam diri anak tersebut, dengan tidak ada rasa malas, hal ini tentu efek positif berupa sehat jasmani dan rohani.
Di lain pihak kenyataan di SD (........Subyek Penelitian) terdapat juga anak yang tidak suka dengan aktivitas olahraga khususnya dalam mengikuti pendidikan jasmani. Walaupun anak tersebut ada keinginan untuk mengikuti olahraga, namun timbul rasa minder, rasa takut, takut salah, hal ini dikarenakan adanya rasa tidak percaya diri. Dimungkinkan juga anak-anak ini tingkat kebugarannya kurang baik, untuk itu peneliti ingin mengetahui tingkat kesegaran jasmani pada siswa kelas VI SD (........Subyek Penelitian), dengan judul penelitian: “Studi Tentang Tingkat Kesegaran Jasmani (Physical Fitness) Pada Siswa Kelas VI SD (........Subyek Penelitian) Tahun Pelajaran 2016/2017”.
B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Tingkat Kesegaran Jasmani (Physical Fitness) Siswa Kelas VI SD (........Subyek Penelitian) Tahun Pelajaran 2016/2017?”

C. Tujuan Penelitian

              Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui Tingkat Kesegaran Jasmani (Physical Fitness) pada Siswa Kelas VI (........Subyek Penelitian) Tahun Pelajaran 2016/2017.

D. Manfaat Penelitian

1.      Melalui penelitian tingkat kesegaran jasmani dapat memberikan gambaran kondisi peserta didik di SD (........Subyek Penelitian).
2.      Dapat mendorong guru untuk menumbuhkan kreativitas dalam melaksanakan pembelajaran sehingga dapat tercapai tujuan dalam peningkatan mutu pendidikan yang diinginkan.
3.      Sebagai bahan masukan bagi sekolah terutama dalam perbaikan pembelajaran penjas.
4.      Diharapkan dapat dimanfaatkan dan disempurnakan sebagai informasi ilmiah dan bahan perbandingan bagi peneliti yang lain, pelatih, guru dan pembina olahraga.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.    Pengertian Kesegaran Jasmani
Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif (Kurikulum Penjas SD, 2004:17).
4
 
Kesegaran jasmani merupakan hal yang sudah populer dikalangan masyarakat saat ini. Untuk mempertegas agar pengertian lebih sesuai dengan apa yang dimaksud, ada beberapa pendapat para ahli atau pakar kesegaran jasmani. Kesegaran jasmani menurut ahli faal dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk melakukan satu tugas khas yang memerlukan kerja muskular dimana kecepatan dan ketahanan merupakan criteria utama. Sedang menurut ahli-ahli pendidikan jasmani menyatakan bahwa kesegaran jasmani adalah kapasitas fungsional total seseorang untuk melakukam sesuatu kerja tertentu dengan hasi baik tanpa kelelahan yang berarti (Depdikbud, 1992:9).
Seseorang yang memilik kasegaran jasmani baik dapat diartikan yang cukup mempunyai kesanggupan untuk melakukan pekerjaannya dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga masih memiliki sisa tenaga untuk mengisi waktu luangnya dan tugaas-tugas mendadak lainnya.
Menurut  Sajoto (1995:8-11) kondisi fisik atau kesegaran jasmani adalah satu kesatuan yang utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat dipisahkan begitu saja. Baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Dan juga disebutkan bahwa komponen kondisi fisik meliputi: kekuatan, daya tahan, daya otot, kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan, dan reaksi.          
Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebanan fisik yang diberikan kepadanya dari kerja yang dilakukan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti. Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik, agar ia dapat melaksanakan pekerjaan yang efektif dan efisien tanpa mengalami kelelahan yang berarti, (Muhajir, 2006:57).
Kesegaran Jasmani secara umum dibedakan dalam fungsi penerapannya, sebagai berikut: (1) secara kesehatan, ditinjau dari segi ilmu faal (fisiologi), kesegaran jasmani adalah kesanggupan dan kemauan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap fisik yang diberikan kepadanya tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Moeloek, 1984:2), sedangkan menurut Engkos Kosasih (1983:8), arti kesegaran jasmani dalam ketrampilan adalah orang yang memiliki kesegaran jasmani ialah orang yang cukup mempunyai kekuatan (strenght), kemampuan (ability), kesanggupan, daya kreasi, dan daya tahan untuk melakukan pekerjaannya dengan efisiensi tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti.
Kesegaran jasmani (physical fitness) adalah kemampuan seorang anak untuk bekerja dalam waktu lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki cadangan energi untuk menggunakan waktu luangnya (Winarno, 2006:43). Menurut Nurhasan (2001:133) terdapat dua aspek kesegaran jasmani yaitu: (1) kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan dan, (2) kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan. Selain aspek kesegaran jasmani ada unsur-unsur pendidikan jasmani diantaranya adalah (1) kekuatan otot, (2) daya tahan otot, (3) daya tahan kardiovaskuler.
Hal ini penulis akan membahas lebih rinci kaitannya dengan kesegaran jasmani untuk kesehatan, mengingat tes instrumen yang dilakukan salah satunya menggunakan lari sedang yang bertujuan untuk mengetahui daya tahan jantung, peredaran darah dan pernapasan pada tubuh manusia. Pada dasarnya kesegaran jasmani menyangkut kemampuan penyesuaian tubuh seseorang terhadap perubahan faal tubuh yang disebabkan oleh kerja tertentu dan menggambarkan derajat sehat seseorang untuk berbagai tingkat kesehatan fisik.
Dari banyak pendapat tentang pengertian pendidikan jasmani, dapat disimpulkan pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik diarahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional. (Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi SD, 2004:35).
Menurut Gabbard (1987:50) bahwa istilah fitness mempunyai banyak arti dan banyak pengertian yaitu sebagai kemampuan tubuh dalam melakukan fungsi secara normal tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, dan dapat melakukan aktifitas dengan senang dalam mengisi waktu luang dan dengan tanpa mengalami stress pisik. Lebih lanjut Gabbard menjelaskan bahwa istilah fitness dapat dibagi dalam dua dikatagori yakni pertama, fitness yang berhubungan dengan skill yang meliputi : Speed, Agility, Coordination, power, balance, dan kedua ; fitness yang berhubungan dengan kesehatan atau health yang meliputi : system cardiovascular endurance, body composition, muscular strength, muscular endurance dan flexibility. Dari urain diatas nampak bahwa kesegaran jasmani terkait dengan ketrampila atau ketangkasan.
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa setiap aktivitas fisik (fisik mendapat pembebanan) dibutuhkan suatu tingkat kesegaran jasmani yang didukung oleh faal tubuh yang selanjutnya akan mengubah kesegaran jasmani.
Kesegaran jasmani memberikan kesanggupan kepada seseorang untuk menjalankan kehidupan yang produktif dan dapat menyesuaikan diri pada tip-tiap aktivitas fisik. Dapat diketahui bahwa untuk dapat melakukan suatu kerja diperlukan kondisi jiwa raga yang sesuai dengan tingkat kerja tersebut.
B.     Komponen Kesegaran Jasmani
Menurut Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Tahun 2003, menjelaskan unsur-unsur Kesegaran Jasmani atau kondisi fisik ada sepuluh komponen, yaitu :
1. Daya Tahan (Endurance)
Menurut Sajoto (1988:16) dikenal dua daya tahan, yaitu:
1)      Daya Tahan Umum (General endurance), adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan sistem peredaran darahnya secara efektif dan efisiensi untuk menjalankan kerja otot denganintensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama, dan (2) Daya Tahan Otot (Local Endurance), adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus menerus dalam waktu relatif lama serta dengan beban tertentu.

2. Kekuatan Otot (Muscle Strenght)
Kekuatan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam unjuk kerja dan sangat menentukan kualitas kondisi fisik seseorang. Kekuatan adalah kemampuan dari otot untuk mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan aktivitasnya (Suharno, 1985:25).
Pengertian kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang
kemampuan yang digunakan otot pada beban yang diterima sewaktu bekerja (Sajoto, 1995:8). Kekuatan merupakan salah satu unsure kondisi fisik yang sangat
dominan dan sangat dibutuhkan dihampir semua cabang olahraga. Pelaksanaan berbagai macam ketrampilan atau aktivitas gerak khususnya dalam bermain bola voli, seorang pemain harus terlebih dahulu memiliki dasar kekuatan yang baik.
Dasar kekuatan yang baik akan memudahkan pelaksanaan gerak baik didalam memukul maupun didalam menyongsong bola, melangkah atau meloncat, dan gerakan lain yang diperlukan dalam permainan bola voli. Hal ini semakin tampak jelas dengan manfaat yang diperoleh dari kekuatan yang baik yaitu untuk mempermudah mempelajari tehnik serta mencegah kemungkinan terjadinya cidera.
Kekuatan (tenaga) menurut hukum Newton ke-2 dinyatakan sebanding dengan masa atau berat (m) dari waktu percepatan atau akselerasi (a) F = m.a (Bompa, 1983:216). Konsekuensinya untuk meningkatkan kekuatan dapat dilakukan dengan mengatur salah satu atau kedea faktor tenaga (m / a atau m dengan a).
Bompa (1994:203) mengatakan bahwa kekuatan adalah salah satu unsur yang harus dimiliki oleh seorang atlit, karena setiap kinerja dalam olahraga selalu memerlukan kekuatan. Harsono (1988; 177) menyatakan bahwa:
Kekuatan adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseliruhan. Hal ini disebabkan karena 1) kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, 2) kekuatan memegang peran penting dalam melindungi atlit/orang dari kemungkinan cidera, dan 3) kekuatan dapat mendukung kemampuan kondisi fisik yang lebih efisien.

Meskipun banyak aktivitas olahraga yang lebih memerlukan kelincahan,
kelentukan, fleksibilitas, kecepatan, daya ledak dan sebagainya namun faktor-faktor tersebut tetap dikombinasikan dengan faktor kekuatan agar diperoleh hasil yang baik. Berorientasi pada manfaat yang diberikan oleh kekuatan, para ahli memberikan definisi tentang kekuatan sebagai berikut: Herre (1982:1) mengemukakan bahwa kekuatan diartikan sebagai kemampuan maksimal yang digunakan oleh otot atau sekelompok otot.
Herre (1982:299) menyatakan bahwa kekuatan otot didefinisikan sebagai tenaga yang dikerahkan sekelompok otot pada usaha tunggal yang maksimal. Selanjutnya kekuatan diartikan sebagai kemampuan otot untuk dapat mengatasi tahanan beban dalam menjalankan aktivitas seperti gerakan menahan atau memindahkan beban ( Fox dkk, 1993:237). Bompa (1994:264) mengatakan bahwa kekuatan adalah kemampuan neuromuskuler untuk mengatasi tekanan eksternal dan internal. Racliffe dan Farentinos (1985:68) mengemukakan bahwa kekuatan otot adaah kemampuan maksimal otot atau sekelompok otot untuk membangkitkan suatu tenaga terhadap suatu tahana.
Kekuatan Otot adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya kontraksi maksimal yang dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot (Moeloek, 1984:5). Sedangkan Sajoto (1995:9) kekuatan atau strength, adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu kerja.
3. Tenaga Ledak Otot (Muscular Explosive Power)
Adalah kemampuan otot atau sekelompok otot melakukan kerja secara Eksplosif  (Moeloek,1984:7). Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya ledak (Power) = kekuatan (Force) x Kecepatan (Velocity). Seperti dalam lompat tinggi, tolak peluru serta gerak lain yang bersifat explosive (Sajoto, 1988:17).
4. Kecepatan (Speed)
Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, seperti lari, pukulan tinju. Hal ini merupakan kecepatan gerak dan explosive (Sajoto, 1988:17).
Dalam cabang olahraga kecepatan merupakan komponen fisik yang mendasar, sehingga kecepatan merupakan faktor penentu dalam cabang olahraga seperti nomor lari jarak pendek, tinju, anggar, dan cabang olahraga permainan. Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu gerak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Harsono, 1988:216).
Kecepatan adalah kemampuan bergerak yang dilakukan dalam waktu yang singkat. Kecepatan dapat juga berarti berpindahnya badan secepat-cepatnya ketempat lain. Bompa (1983:249) mengatakan “kecepatan adalah kemampuan memindahkan badan atau menggerakkan suatu benda atau objek secara sangat cepat”. Menurut Treadwell dalam Saifudin (1999:4), kecepatan bukan hanya melibatkan seluruh kecepatan tubuh, tetapi melibatkan waktu reaksi yang dilakukan oleh seseorang pemain terhadap suatu stimulus. Kemampuan ini membuat jarak yang lebih pendek untuk memindahkan tubuh.
5. Daya Lentur (Flexibility)
Kelenturan menyatakan kemungkinan gerak maksimal yang dapat dilakukan oleh suatu persendian jadi meliputi hubungan antara bentuk persendian (tulang yang berbentuk sendi), otot, tendo, ligamen, dan sekeliling persendian. (Moeloek, 1984:9).
6. Ketangkasan (Agility)
Ketangkasan adalah kemampuan mengubah secara cepat arah tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan (Moeloek, 1984:8). Seseorang akan mampu merubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahan baik.
7. Koordinasi (Coordination)
Koordinasi menyatakan hubungan harmonis berbagai faktor yang terjadi pada suatu gerakan. Misalnya dalam olahraga tenis, seseorang pemain akan kelihatan mempunyai kordinasi yang baik, bila ia dapat bergerak kearah bola sambil mengayunkan raket, kemudian memukul dengan teknik yang benar (Moeloek, 1984:11).
8. Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan. Bergantung pada kemampuan intregasi antara kerja indera penglihatan (kanalis semisirkularis) pada telinga dan reseptor pada otot.yang diperlukan tidak hanya pada olahraga tetapi dalam kehidupan sehari-hari (Moeloek, 1984:11).
9. Ketepatan (Accuracy)
Adalah ketepatan seseorang untuk mengendalikan gerak-gerak bebas dalam suatu sasaran. Sasaran ini dapat berupa suatu jarak atau mungkin suatu objek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian anggota tubuh. (Sajoto, 1988:18).
10. Kecepatan Reaksi (Reaction Time)
Kecepatan Reaksi adalah waktu tersingkat yang dibutuhkan untuk member jawaban kinetis setelah menerima suatu rancangan. Hal ini berhubungan serta dengan waktu refleks, waktu gerakan, dan waktu respon (Moeloek, 1984:10).
Dari kesepuluh komponen kesegaran jasmani diatas, tidaklah berarti seseorang harus dapat mengembangkan secara keseluruhan. Tiap-tiap manusia mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, karena kemampuan seseorang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti keturunan, jenis kelamin, lingkungan, aktivitas latihan, struktur anatomi dan lain-lain, dengan demikian, tidaklah mengherankan bahwa komponen tersebut sangat berbeda perkembangannya antara individu yang satu dengan yang lain.
C.    Manfaat Kesegaran Jasmani
Bahwa manfaat kesegaran jasmani secara garis besar, manfaat yaitu: 1. Meningkatkan Prestasi Belajar, kesegaran jasmani baik bagi pelajar, santri dan
mahasiswa sangat membantu meningkatkan prestasi belajar. Siswa, santri dan mahasiswa yang memiliki badan yang sehat dan kuat akan mendukung proses belajar sehingga penyerapan materi pelajaran yang diberikan dapat diterima dengan cepat dan hasil akhirnyapun diharapkan baik. 2. Meningkatkan Prestasi Olahraga, seorang atlet yang ingin berprestasi maksimal harus memiliki tingkat kesegaran jasmani yang sangat baik, karena sepuluh komponen kesegaran jasmani akan membantu mendukung aktifitas gerak pada cabang olahraga.
D.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani
Faktor kesegaran jasmani yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang, yaitu:
1. Makanan
Makanan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia, namun untuk memelihara tubuh agar menjadi sehat makanan harus memenuhi beberapa syarat yaitu: 1) Dapat untuk pemeliharaaan tubuh, 2) Dapat menyediakan untuk pertumbuhan tubuh, 3) Dapat untuk mengganti keadaan tubuh yang sudah aus dan rusak, 4) Mengandung unsur-unsur yang diperlukan oleh tubuh, 5) Dapat sebagai sumber penghasil energi.
Setiap aktivitas tubuh membutuhkan asupan energi yang memadahi, sehingga faktor makanan ini harus mendapatkan perhatian yang serius. Konsumsi makanan yang terprogam dan terkontrol dengan baik dapat mendukung meningkatkan tingkat kesegaran jasmani seseorang, oleh karena itu unsur-unsur gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air harus benar-benar tersedia dalam tubuh dan mencukupi untuk beraktivitas.
2. Olahraga
Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan fisik yang mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat kesegaran jasmani manusia bila dilakukan dengan tepat dan terarah, karena dengan berolahraga semua organ tubuh kita akan bekerja dan terlatih. Kebanyakan pada masa sekarang ini orang cenderung disibukkan oleh aktivitas keseharian yang kurang gerak padahal olahraga dapat membebaskan kita dari perasaan yang membelenggu kita, dan melancarkan sistem peredaran darah sehingga pikiran kita akan menjadi lebih segar serta fisik kita tetap terjaga.
Para ahli membuktikan berbagai fungsi tugas organ tubuh akan meningkat daya kerjanya apabila diberi latihan fisik yang memadahi (Kosasih, 1983:141). Berolahraga juga dapat meningkatkan imunitas (kekebalan) tubuh sehingga dapat mengurangi resiko terserang penyakit.
3. Usia
Semakin tua usia seseorang maka tingkat kebugaran tubuhnya akan menurun, mengalami masalah dengan tubuhnya seperti berkurangnya otot, ukuran jantung mengecil dan kekuatan memompanya berkurang, terjadi kekakuan pada pembuluh nadi (arteri) yang penting, kulit berubah menjadi tipis dan aktivitasnya menjadi lambat, penurunan ini disebabkan karena fungsi seluruh anggota tubuh menjadi lemah, namun penuruan tersebut dapat diperlambat dengan melakukan olahraga diusia muda, kondisi tubuh yang lemah akibat usia tua mengakibatkan tingkat kesegaran jasmani seseorang menurun.
4. Kebiasaan Hidup
Masing-masing orang memiliki kebiasaan hidup yang berbeda-beda, tergantung pada tingkat aktivitas sehari-hari, kebiasaan hidup sehat merupakan pengaturan antara olahraga, istirahat maupun kebiasaan diri pribadi untuk menjaga kebersihan.
Begitu juga dengan siswa-siswi Kelas VI SD (.......Subyek Penelitian) memiliki aktivitas selain belajar juga kebiasaan melakukan olahraga khususnya pada saat pelajaran penjas dan ekstrakurikuler pada sore hari. Kebiasan hidup yang penuh aktivitas bagi orang yang baru melakukan akan mengalami kesulitan baik fisik maupun psikologis, secara fisik karena tubuh manusia membutuhkan waktu untuk penyesuaian dengan aktivitas gerak tubuh yang berlebih dari biasanya.
Secara psikologis aktivitas kerja yang lebih dari biasa akan mempengaruhi kerja otak seseorang, seseorang yang biasanya hidup santai dan memiliki kesibukan yang rendah jika suatu saat memiliki kesibukan yang tinggi biasanya pada awal-awalnya akan mengalami stress, namun setelah melewati kurun waktu tertentu akan menyesuaikan diri.

5. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah tempat dimana seseorang menetap dan tinggal, dalam hal ini menyangkut lingkungan fisik, serta sosial mulai dari lingkungan di sekitar tempat tinggal sampai lingkungan di tempat dimana para siswa belajar. Kualitas kesehatan seseorang dapat dilihat dengan keadaan status kesegaran jasmaninya.
E.     Kriteria Kesegaran Jasmani
Penggolongan kriteria kesegaran jasmani dalam penelitian ini, disesuaikan dengan panduan tes yang dilakukan. Jenis tes tersebut dengan menggunakan panduan (TKJI) Tes Tingkat Kesegaran Jasmani Indonesia, dengan item tes sebagai berikut:
1. Lari cepat 40 meter (Sprint)
2. Bergantung Siku Tekuk selama 30 detik (Flexed Arm Hang)
3. Baring duduk selama 30 detik (Sit Up)
4. Loncat tegak (Vertical jump)
5. Lari sedang 600 m
Adapun lima kriteria yang dimaksud dan juga pengkomulatifan dalam penentuan kategori secara global tiap individu adalah a) Baik Sekali (BS) dengan nilai 5, b) Baik (B) dengan nilai 4, c) Sedang (S) dengan nilai 3, d) Kurang (K) dengan nilai 2, e) Kurang Sekali (KS) dengan nilai 1.
BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 1991:102). Adapun populasi yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD ..................., sejumlah 20 orang anak laki-laki 12 orang dan perempuan 8 orang.
2.       Sampel
17
 
Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diselidiki, yang generalisasinya (kesimpulannya) dikenakan terhadap semua individu atau populasi. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1991:117). Selanjutnya Arikunto (1991:120) menyatakan bahwa untuk sekedar ancar-ancar, maka apabila subyek kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya berupa penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subyeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung setidak-tidaknya dari; (a) kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga, dan dana, (b) sempit luasnya pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data, (c) besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampelnya, besar hasinya akan lebih baik.
Tehnik pengambilan sampel menggunakan tehnik total sampling atau sampling population. Dikatakan sampel total karena masing-masing anggota populasi sekaligus bertindak menjadi anggota sampel penelitian yaitu semua siswa kelas VI SD (......Subyek Penelitian), sejumlah 20 orang anak laki-laki 12 orang dan perempuan 8 orang.
B.     Variabel Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002:96)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah siswa kelas VI SD (......Subyek Penelitian),  sedangkan variabel terikatnya adalah tingkat kesegaran jasmani.
C.    Teknik Pengumpulan Data.
Metode pengumpulan data merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah penelitian, karena berhubungan langsung dengan data yang diperoleh. Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Untuk memperoleh data sesuai maka penelitian ini menggunakan metode survai dengan teknik tes (Arikunto, 2002:197).
·         Tes Kesegaran Jasmani
Pengukuran tingkat kesegeran jasmani digunakan Tes Kesegaran Jasmani Indonesia atau TKJI. Tes ini merupakan suatu rangkaian tes, oleh karena itu semua butir tes harus dilaksanakan dalam suatu satuan waktu. Sebelum melakanakan tes pengukuran semua responden diberi penjelasan tentang maksud, tujuan dan kegunaan tes kesegaran jasmani yang akan dilakukan, serta cara melakukan masing-masing butir tes tersebut. Untuk memperoleh data hasil belajar diperoleh dari dokumentasi.
Tes kesegaran jasmani pada penelitian ini berada di lapangan yang tempatnya tidak jauh dari sekolah yang meliputi 5 jenis tes yaitu lari 40 meter, Bergantung Siku Tekuk (Pull up) selama 30 detik, Baring Duduk (Sit Up) selama 30 detik, Loncat tegak (Vertical jump), dan Lari Sedang 600 meter.
Hasil pengukuran kelima tes tersebut dicatat dan diberikan penilaian menggunakan norma yang berlaku seperti pada lampiran, selanjutnya nilai-nilai
tersebut dijumlah dan dikonsultasikan dengan norma kesegaran jasmani seperti pada tabel.
Adapun nilai dan klasifikasi hasil tes kesegaran jasmani pada siswa, dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1.
Nilai Tes Kesegaran Jasmani untuk Umur 10-12 Tahun
Lari 40 meter
(waktu)
Gantung siku tekuk (Waktu)
Baring duduk
30 detik
Loncat tegak
(cm)
Lari 600 meter
(waktu)
Nilai
….. – 6,3”
51” - …..
23 - ….
46 - …..
… - 2,09”
5
6,4” – 6,9”
31” – 50”
18 – 22
38 – 45
2,10” – 2,30”
4
7,0” – 7,7”
15” – 30”
12 – 17
31 – 37
2,31” – 2,45”
3
7,8” – 8,8”
5” – 14”
4 – 11
24 – 30
2,46” – 3,44”
2
8,9”  - 
0” – 4”
0 – 3
…. – 23
3,45” - …..
1
Sumber:  Buku Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Anak Umur 10-12 tahun
   (2003:24).

Setelah menentukan nilai tes kesegaran  jasmani untuk umur 10-12 rahun dengan jenis kelamin putra dan putri di atas, maka selanjutnya menentukan klasifikasi tingkat kesegaran jasmani mempergunakan norma tes kesegaran jasmani Indonesia yang berlaku untuk putra dan putri untuk kelompok umur, seperti tabel 3.2 di bawah ini:
Tabel 3.2
Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia
No
Jumlah Nilai
Klasifikasi
Keterangan
1
22 – 25
BS
Baik Sekali
2
18 – 21
B
Baik
3
14 – 17
S
Sedang
4
10 – 13
K
Kurang
5
5 – 9
KS
Kurang Sekali
      Sumber:    Buku Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Anak Umur 10-12
tahun (2003:25).

D.    Teknik Analisis Data.
Metode analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif presentase. Adapun rumus yang digunakan:
Nilai Persentase =
Keterangan:
F          = Jumlah Frekuensi jawaban
N         = Jumlah responden
(Sudijono, 2001:40-41).

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 1991. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

…………. 2002. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Bompa, T.O. 1983. Theory and Methodology of Training; The Key to Athletic Performance. Ontario Canada: Kendall/Hunt.

……………. 1994. Theory and Methodology of Training, 3rd Edition. Toronto: Publising Company.

Depdikdub. 1986. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. Semarang: Kanwil Departemen P dan K
Depdiknas, 2003, Kurikulum 2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SD/MI, Jakarta : Depdiknas.
Kosasih, Engkos. 1983. Olahraga dan Kesehatan. Jakarta: Erlangga.

Fox, T.L.E.L., Bowers, R.W., and Foss, M.L. 1992. The Physiological Basis for Exercise and Sport, 5th edition. Jowa: Brown & Bencmark Publishers.

Gabberd. Carl,et al, 1987. Phyysical Education For Children, Newsletter.

Harsono. 1988. Coaching dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: Dirjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Herre.1982. Sprint and relays. London: British Amateur Athletic Board.

Khomsin. 2002. Paparan Perkuliahan Mahasiswa Perkembangan dan Belajar Motorik. Semarang: PKLO FIK UNNES

Moeloek, D & Arjatmo T (Ed). 1984. Kesehatan Olahraga. Jakarta: FK UI Jakarta

Nurhasan. 2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Bekerjasama dengan Ditjen Olahraga.

Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi. 2003. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI). Jakarta: Depdikbud
41
 
 

Racliffe dan Farentinos. 1985. The Biomechanics of Sports Tecniques. Englewood Cliffs, N.J.07632 : Prentice-Hall, Inc

Sajoto, M. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. DEPDIKBUD Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi EK Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta.

…………. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Kota Semarang: Dahara Prize

Sudijono, A. 2001. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Suharno HP. 1985. Ilmu Kepelatihan Olahraga. Yogyakarta : Yayasan STO.

Syarifuddin, A. 1992. Atletik. Jakarta: Depdikbud.

Sumardianto. 2000. Sejarah Olahraga. Depdikbud: Direktorat jenderal Pendidikan tinggi.

Winarno, M.E. 2006. Dimensi Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga. Malang: Laboratorium Jurusan Ilmu Keolahragaan FIP Universitas Negeri Malang.