BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu upaya untuk mewujudkan manusia
yang memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani adalah
dengan Pendidikan Jasmani (Penjas). Walaupun undang-undang tentang sistem
Pendidikan Nasional sudah ada, namun belum berarti bahwa pendidikan jasmani dan
kesehatan khususnya dalam olahraga telah dilaksanakan sebagaimana mestinya
disemua tingkat dan jenjang pendidikan. Dalam praktiknya, di sekolah ternyata
banyak dijumpai pendidikan iasmani yang hasilnya kurang optimal dan proporsional
dari apa yang diharapakan.
Pendidikan ketrampilan hidup sehat pada
dasarnya merupakan penanaman kebiasaan yang meliputi kesehatan fisik berupa
tingkat kesegaran jasmani, kesehatan mental dan sosial. Adanya motto “Menssana
in corpore sano“ yang merupakan semboyan hidup Bangsa Romawi terkesan bahwa
tubuh yang sehat itu dianggap sebagai suatu presupposisi atau Condisi Sine Quanom, yang
berupa “manusia sempurna”, terkait dua unsur bahwa dalam badan yang sehat
terdapat jiwa yang sehat pula.
|
Masalah kesehatan mental dan kesegaran
jasmani merupakan hal yang sangat penting kaitannya dalam prestasi belajar
pendidikan jasmani dan kesehatan seorang anak usia sekolah. Hal ini terbukti di
(........Subyek Penelitian) yang berada pada masa pertumbuhan dan perkembangan
gerak yaitu berusai antara 7-12 tahun yang mempunyai karakteristik mulai
kematangan dalam fisik dan fisiologis serta perkembangan dan minat melakukan aktivitas
fisik (Khomsin, 2002:21-27), khususnya siswa kelas VI bahwa anak yang
benar-benar melaksanakan olahraga, dalam dirinya tumbuh rasa enggan dalam
melaksanakan kegiatan lain. Semangat belajar juga tumbuh di dalam diri anak
tersebut, dengan tidak ada rasa malas, hal ini tentu efek positif berupa sehat
jasmani dan rohani.
Di lain pihak kenyataan di SD (........Subyek Penelitian) terdapat juga anak yang tidak suka dengan aktivitas olahraga
khususnya dalam mengikuti pendidikan jasmani. Walaupun anak tersebut ada
keinginan untuk mengikuti olahraga, namun timbul rasa minder, rasa takut, takut
salah, hal ini dikarenakan adanya rasa tidak percaya diri. Dimungkinkan juga
anak-anak ini tingkat kebugarannya kurang baik, untuk itu peneliti ingin
mengetahui tingkat kesegaran jasmani pada siswa kelas VI SD (........Subyek Penelitian), dengan
judul penelitian: “Studi Tentang Tingkat Kesegaran Jasmani (Physical Fitness)
Pada Siswa Kelas VI SD (........Subyek Penelitian) Tahun Pelajaran 2016/2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka masalah penelitian ini adalah “Bagaimana
Tingkat Kesegaran Jasmani (Physical
Fitness) Siswa Kelas VI SD (........Subyek
Penelitian) Tahun Pelajaran 2016/2017?”
C. Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka
tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui Tingkat Kesegaran Jasmani (Physical Fitness) pada
Siswa Kelas VI (........Subyek Penelitian) Tahun Pelajaran 2016/2017.
D.
Manfaat Penelitian
1. Melalui
penelitian tingkat kesegaran jasmani dapat memberikan gambaran kondisi peserta
didik di SD (........Subyek
Penelitian).
2. Dapat
mendorong guru untuk menumbuhkan kreativitas dalam melaksanakan pembelajaran
sehingga dapat tercapai tujuan dalam peningkatan mutu pendidikan yang
diinginkan.
3. Sebagai
bahan masukan bagi sekolah terutama dalam perbaikan pembelajaran penjas.
4. Diharapkan
dapat dimanfaatkan dan disempurnakan sebagai informasi ilmiah dan bahan
perbandingan bagi peneliti yang lain, pelatih, guru dan pembina olahraga.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kesegaran Jasmani
Pendidikan jasmani adalah
suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk
meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan
dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi.
Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap
siswa. Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa
manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan
efektif (Kurikulum Penjas SD, 2004:17).
|
Seseorang yang memilik kasegaran
jasmani baik dapat diartikan yang cukup mempunyai kesanggupan untuk melakukan
pekerjaannya dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, sehingga
masih memiliki sisa tenaga untuk mengisi waktu luangnya dan tugaas-tugas mendadak
lainnya.
Menurut Sajoto (1995:8-11) kondisi fisik atau
kesegaran jasmani adalah satu kesatuan yang utuh dari komponen-komponen yang tidak
dapat dipisahkan begitu saja. Baik peningkatan maupun pemeliharaannya. Dan juga
disebutkan bahwa komponen kondisi fisik meliputi: kekuatan, daya tahan, daya
otot, kecepatan, daya lentur, kelincahan, koordinasi, keseimbangan, ketepatan,
dan reaksi.
Kebugaran jasmani adalah
kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap
pembebanan fisik yang diberikan kepadanya dari kerja yang dilakukan sehari-hari
tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti.
Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik, agar ia dapat
melaksanakan pekerjaan yang efektif dan efisien tanpa mengalami kelelahan yang
berarti, (Muhajir, 2006:57).
Kesegaran Jasmani secara umum
dibedakan dalam fungsi penerapannya, sebagai berikut: (1) secara kesehatan,
ditinjau dari segi ilmu faal (fisiologi), kesegaran jasmani adalah kesanggupan
dan kemauan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap fisik yang
diberikan kepadanya tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (Moeloek, 1984:2),
sedangkan menurut Engkos Kosasih (1983:8), arti kesegaran jasmani dalam
ketrampilan adalah orang yang memiliki kesegaran jasmani ialah orang yang cukup
mempunyai kekuatan (strenght),
kemampuan (ability), kesanggupan,
daya kreasi, dan daya tahan untuk melakukan pekerjaannya dengan efisiensi tanpa
menimbulkan kelelahan yang berarti.
Kesegaran jasmani (physical
fitness) adalah kemampuan seorang anak untuk bekerja dalam waktu lama tanpa
mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki cadangan energi untuk
menggunakan waktu luangnya (Winarno, 2006:43). Menurut Nurhasan (2001:133) terdapat
dua aspek kesegaran jasmani yaitu: (1) kesegaran jasmani yang berhubungan
dengan kesehatan dan, (2) kesegaran jasmani yang berhubungan dengan
keterampilan. Selain aspek kesegaran jasmani ada unsur-unsur pendidikan jasmani
diantaranya adalah (1) kekuatan otot, (2) daya tahan otot, (3) daya tahan
kardiovaskuler.
Hal ini penulis akan membahas lebih rinci kaitannya
dengan kesegaran jasmani untuk kesehatan, mengingat tes instrumen yang
dilakukan salah satunya menggunakan lari sedang yang bertujuan untuk mengetahui
daya tahan jantung, peredaran darah dan pernapasan pada tubuh manusia. Pada
dasarnya kesegaran jasmani menyangkut kemampuan penyesuaian tubuh seseorang
terhadap perubahan faal tubuh yang disebabkan oleh kerja tertentu dan
menggambarkan derajat sehat seseorang untuk berbagai tingkat kesehatan fisik.
Dari banyak pendapat
tentang pengertian pendidikan jasmani, dapat disimpulkan pendidikan jasmani
adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan
secara sistematik diarahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu
secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional dalam
kerangka sistem pendidikan nasional. (Pedoman Khusus Pengembangan Sistem
Penilaian Berbasis Kompetensi SD,
2004:35).
Menurut Gabbard (1987:50) bahwa istilah fitness mempunyai banyak arti dan banyak pengertian yaitu sebagai
kemampuan tubuh dalam
melakukan fungsi secara normal tanpa
menimbulkan kelelahan yang berarti, dan dapat
melakukan aktifitas dengan senang dalam mengisi waktu luang dan dengan tanpa mengalami stress pisik. Lebih
lanjut Gabbard menjelaskan bahwa istilah fitness dapat dibagi
dalam dua dikatagori yakni pertama, fitness
yang berhubungan dengan skill yang meliputi : Speed, Agility, Coordination, power, balance, dan kedua ; fitness yang berhubungan dengan kesehatan atau health yang meliputi
: system cardiovascular endurance, body composition, muscular
strength, muscular endurance dan flexibility. Dari urain diatas nampak bahwa kesegaran jasmani terkait dengan ketrampila atau
ketangkasan.
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa setiap
aktivitas fisik (fisik mendapat pembebanan) dibutuhkan suatu tingkat kesegaran
jasmani yang didukung oleh faal tubuh yang selanjutnya akan mengubah kesegaran
jasmani.
Kesegaran jasmani
memberikan kesanggupan kepada seseorang untuk menjalankan kehidupan yang
produktif dan dapat menyesuaikan diri pada tip-tiap aktivitas fisik. Dapat
diketahui bahwa untuk dapat melakukan suatu kerja diperlukan kondisi jiwa raga
yang sesuai dengan tingkat kerja tersebut.
B. Komponen
Kesegaran Jasmani
Menurut Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani Tahun
2003, menjelaskan unsur-unsur Kesegaran Jasmani atau kondisi fisik ada sepuluh
komponen, yaitu :
1. Daya Tahan (Endurance)
Menurut Sajoto (1988:16) dikenal dua daya tahan, yaitu:
1) Daya
Tahan Umum (General endurance), adalah kemampuan seseorang dalam
mempergunakan sistem jantung, paru-paru dan sistem peredaran darahnya secara
efektif dan efisiensi untuk menjalankan kerja otot denganintensitas tinggi
dalam waktu yang cukup lama, dan (2) Daya Tahan Otot (Local Endurance),
adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan ototnya untuk berkontraksi secara
terus menerus dalam waktu relatif lama serta dengan beban tertentu.
2. Kekuatan Otot (Muscle
Strenght)
Kekuatan merupakan salah satu faktor yang sangat
penting dalam unjuk kerja dan sangat menentukan kualitas kondisi fisik
seseorang. Kekuatan adalah kemampuan dari otot untuk mengatasi tahanan atau beban
dalam menjalankan aktivitasnya (Suharno, 1985:25).
Pengertian kekuatan adalah komponen kondisi fisik
seseorang tentang
kemampuan yang
digunakan otot pada beban yang diterima sewaktu bekerja (Sajoto, 1995:8). Kekuatan
merupakan salah satu unsure kondisi fisik yang sangat
dominan dan sangat
dibutuhkan dihampir semua cabang olahraga. Pelaksanaan berbagai macam
ketrampilan atau aktivitas gerak khususnya dalam bermain bola voli, seorang
pemain harus terlebih dahulu memiliki dasar kekuatan yang baik.
Dasar kekuatan yang baik akan memudahkan pelaksanaan
gerak baik didalam memukul maupun didalam menyongsong bola, melangkah atau
meloncat, dan gerakan lain yang diperlukan dalam permainan bola voli. Hal ini
semakin tampak jelas dengan manfaat yang diperoleh dari kekuatan yang baik
yaitu untuk mempermudah mempelajari tehnik serta mencegah kemungkinan
terjadinya cidera.
Kekuatan (tenaga) menurut hukum Newton ke-2 dinyatakan
sebanding dengan masa atau berat (m) dari waktu percepatan atau akselerasi (a)
F = m.a (Bompa, 1983:216). Konsekuensinya untuk meningkatkan kekuatan dapat
dilakukan dengan mengatur salah satu atau kedea faktor tenaga (m / a atau m dengan a).
Bompa (1994:203) mengatakan bahwa kekuatan adalah
salah satu unsur yang harus dimiliki oleh seorang atlit, karena setiap kinerja
dalam olahraga selalu memerlukan kekuatan. Harsono (1988; 177) menyatakan bahwa:
Kekuatan adalah
komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara
keseliruhan. Hal ini disebabkan karena 1) kekuatan merupakan daya penggerak
setiap aktivitas fisik, 2) kekuatan memegang peran penting dalam melindungi
atlit/orang dari kemungkinan cidera, dan 3) kekuatan dapat mendukung kemampuan
kondisi fisik yang lebih efisien.
Meskipun banyak aktivitas olahraga yang lebih
memerlukan kelincahan,
kelentukan,
fleksibilitas, kecepatan, daya ledak dan sebagainya namun faktor-faktor
tersebut tetap dikombinasikan dengan faktor kekuatan agar diperoleh hasil yang
baik. Berorientasi pada manfaat yang diberikan oleh kekuatan, para ahli memberikan
definisi tentang kekuatan sebagai berikut: Herre (1982:1) mengemukakan bahwa
kekuatan diartikan sebagai kemampuan maksimal yang digunakan oleh otot atau
sekelompok otot.
Herre (1982:299) menyatakan bahwa kekuatan otot
didefinisikan sebagai tenaga yang dikerahkan sekelompok otot pada usaha tunggal
yang maksimal. Selanjutnya kekuatan diartikan sebagai kemampuan otot untuk
dapat mengatasi tahanan beban dalam menjalankan aktivitas seperti gerakan
menahan atau memindahkan beban ( Fox dkk, 1993:237). Bompa (1994:264)
mengatakan bahwa kekuatan adalah kemampuan neuromuskuler untuk mengatasi tekanan
eksternal dan internal. Racliffe dan Farentinos (1985:68) mengemukakan bahwa
kekuatan otot adaah kemampuan maksimal otot atau sekelompok otot untuk
membangkitkan suatu tenaga terhadap suatu tahana.
Kekuatan Otot adalah komponen kondisi fisik seseorang
tentang kemampuannya kontraksi maksimal yang dihasilkan oleh otot atau
sekelompok otot (Moeloek, 1984:5). Sedangkan Sajoto (1995:9) kekuatan atau strength,
adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya dalam
mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu kerja.
3. Tenaga Ledak
Otot (Muscular Explosive Power)
Adalah kemampuan otot atau sekelompok otot melakukan
kerja secara Eksplosif (Moeloek,1984:7).
Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa daya ledak (Power) = kekuatan (Force)
x Kecepatan (Velocity). Seperti dalam lompat tinggi, tolak peluru serta
gerak lain yang bersifat explosive (Sajoto, 1988:17).
4. Kecepatan (Speed)
Kecepatan adalah kemampuan seseorang untuk mengerjakan
gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya, seperti lari, pukulan tinju. Hal ini merupakan kecepatan
gerak dan explosive (Sajoto, 1988:17).
Dalam cabang olahraga kecepatan merupakan komponen
fisik yang mendasar, sehingga kecepatan merupakan faktor penentu dalam cabang
olahraga seperti nomor lari jarak pendek, tinju, anggar, dan cabang olahraga
permainan. Kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan sejenis
secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan
untuk menempuh suatu gerak dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Harsono,
1988:216).
Kecepatan adalah kemampuan bergerak yang dilakukan
dalam waktu yang singkat. Kecepatan dapat juga berarti berpindahnya badan
secepat-cepatnya ketempat lain. Bompa (1983:249) mengatakan “kecepatan adalah
kemampuan memindahkan badan atau menggerakkan suatu benda atau objek secara
sangat cepat”. Menurut Treadwell dalam Saifudin (1999:4), kecepatan bukan hanya
melibatkan seluruh kecepatan tubuh, tetapi melibatkan waktu reaksi yang
dilakukan oleh seseorang pemain terhadap suatu stimulus. Kemampuan ini membuat
jarak yang lebih pendek untuk memindahkan tubuh.
5. Daya Lentur (Flexibility)
Kelenturan menyatakan kemungkinan gerak maksimal yang
dapat dilakukan oleh suatu persendian jadi meliputi hubungan antara bentuk
persendian (tulang yang berbentuk sendi), otot, tendo, ligamen, dan sekeliling
persendian. (Moeloek, 1984:9).
6. Ketangkasan (Agility)
Ketangkasan adalah kemampuan mengubah secara cepat
arah tubuh atau bagian tubuh tanpa gangguan pada keseimbangan (Moeloek,
1984:8). Seseorang akan mampu merubah satu posisi yang berbeda dalam kecepatan
tinggi dengan koordinasi yang baik, berarti kelincahan baik.
7. Koordinasi (Coordination)
Koordinasi menyatakan hubungan harmonis berbagai
faktor yang terjadi pada suatu gerakan. Misalnya dalam olahraga tenis,
seseorang pemain akan kelihatan mempunyai kordinasi yang baik, bila ia dapat bergerak
kearah bola sambil mengayunkan raket, kemudian memukul dengan teknik yang benar
(Moeloek, 1984:11).
8. Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan adalah kemampuan mempertahankan sikap
tubuh yang tepat pada saat melakukan gerakan. Bergantung pada kemampuan
intregasi antara kerja indera penglihatan (kanalis semisirkularis) pada
telinga dan reseptor pada otot.yang diperlukan tidak hanya pada olahraga tetapi
dalam kehidupan sehari-hari (Moeloek, 1984:11).
9. Ketepatan (Accuracy)
Adalah ketepatan seseorang untuk mengendalikan
gerak-gerak bebas dalam suatu sasaran. Sasaran ini dapat berupa suatu jarak
atau mungkin suatu objek langsung yang harus dikenai dengan salah satu bagian
anggota tubuh. (Sajoto, 1988:18).
10. Kecepatan
Reaksi (Reaction Time)
Kecepatan Reaksi adalah waktu tersingkat yang
dibutuhkan untuk member jawaban kinetis setelah menerima suatu rancangan. Hal
ini berhubungan serta dengan waktu refleks, waktu gerakan, dan waktu respon
(Moeloek, 1984:10).
Dari kesepuluh
komponen kesegaran jasmani diatas, tidaklah berarti seseorang harus dapat
mengembangkan secara keseluruhan. Tiap-tiap manusia mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda, karena kemampuan seseorang dipengaruhi oleh banyak hal, seperti
keturunan, jenis kelamin, lingkungan, aktivitas latihan, struktur anatomi dan
lain-lain, dengan demikian, tidaklah mengherankan bahwa komponen tersebut
sangat berbeda perkembangannya antara individu yang satu dengan yang lain.
C. Manfaat
Kesegaran Jasmani
Bahwa manfaat kesegaran jasmani secara garis besar,
manfaat yaitu: 1. Meningkatkan Prestasi Belajar, kesegaran jasmani baik bagi
pelajar, santri dan
mahasiswa sangat
membantu meningkatkan prestasi belajar. Siswa, santri dan mahasiswa yang
memiliki badan yang sehat dan kuat akan mendukung proses belajar sehingga penyerapan
materi pelajaran yang diberikan dapat diterima dengan cepat dan hasil
akhirnyapun diharapkan baik. 2. Meningkatkan Prestasi Olahraga, seorang atlet
yang ingin berprestasi maksimal harus memiliki tingkat kesegaran jasmani yang
sangat baik, karena sepuluh komponen kesegaran jasmani akan membantu mendukung
aktifitas gerak pada cabang olahraga.
D. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani
Faktor kesegaran jasmani yang dapat mempengaruhi
tingkat kesegaran jasmani seseorang, yaitu:
1. Makanan
Makanan merupakan kebutuhan pokok setiap manusia,
namun untuk memelihara tubuh agar menjadi sehat makanan harus memenuhi beberapa
syarat yaitu: 1) Dapat untuk pemeliharaaan tubuh, 2) Dapat menyediakan untuk
pertumbuhan tubuh, 3) Dapat untuk mengganti keadaan tubuh yang sudah aus dan
rusak, 4) Mengandung unsur-unsur yang diperlukan oleh tubuh, 5) Dapat sebagai
sumber penghasil energi.
Setiap aktivitas tubuh membutuhkan asupan energi yang
memadahi, sehingga faktor makanan ini harus mendapatkan perhatian yang serius. Konsumsi
makanan yang terprogam dan terkontrol dengan baik dapat mendukung meningkatkan
tingkat kesegaran jasmani seseorang, oleh karena itu unsur-unsur gizi seperti
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air harus benar-benar
tersedia dalam tubuh dan mencukupi untuk beraktivitas.
2. Olahraga
Olahraga adalah suatu bentuk kegiatan fisik yang
mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat kesegaran jasmani manusia bila
dilakukan dengan tepat dan terarah, karena dengan berolahraga semua organ tubuh
kita akan bekerja dan terlatih. Kebanyakan pada masa sekarang ini orang cenderung
disibukkan oleh aktivitas
keseharian yang kurang gerak padahal olahraga dapat membebaskan kita dari
perasaan yang membelenggu kita, dan melancarkan sistem peredaran darah sehingga
pikiran kita akan menjadi lebih segar serta fisik kita tetap terjaga.
Para ahli membuktikan berbagai fungsi tugas organ
tubuh akan meningkat daya kerjanya apabila diberi latihan fisik yang memadahi
(Kosasih, 1983:141). Berolahraga juga dapat meningkatkan imunitas (kekebalan)
tubuh sehingga dapat mengurangi resiko terserang penyakit.
3. Usia
Semakin tua usia seseorang maka tingkat kebugaran
tubuhnya akan menurun, mengalami masalah dengan tubuhnya seperti berkurangnya
otot, ukuran jantung mengecil dan kekuatan memompanya berkurang, terjadi kekakuan
pada pembuluh nadi (arteri) yang penting, kulit berubah menjadi tipis dan
aktivitasnya menjadi lambat, penurunan ini disebabkan karena fungsi seluruh
anggota tubuh menjadi lemah, namun penuruan tersebut dapat diperlambat dengan
melakukan olahraga diusia muda, kondisi tubuh yang lemah akibat usia tua
mengakibatkan tingkat kesegaran jasmani seseorang menurun.
4. Kebiasaan Hidup
Masing-masing orang memiliki kebiasaan hidup yang
berbeda-beda, tergantung pada tingkat aktivitas sehari-hari, kebiasaan hidup
sehat merupakan pengaturan antara olahraga, istirahat maupun kebiasaan diri pribadi
untuk menjaga kebersihan.
Begitu juga dengan siswa-siswi Kelas VI SD (.......Subyek Penelitian) memiliki aktivitas selain belajar juga kebiasaan
melakukan olahraga khususnya pada saat pelajaran penjas dan ekstrakurikuler
pada sore hari. Kebiasan hidup yang penuh aktivitas bagi orang yang baru
melakukan akan mengalami kesulitan baik fisik maupun psikologis, secara fisik
karena tubuh manusia membutuhkan waktu untuk penyesuaian dengan aktivitas gerak
tubuh yang berlebih dari biasanya.
Secara psikologis aktivitas kerja yang lebih dari
biasa akan mempengaruhi kerja otak seseorang, seseorang yang biasanya hidup
santai dan memiliki kesibukan yang rendah jika suatu saat memiliki kesibukan
yang tinggi biasanya pada awal-awalnya akan mengalami stress, namun setelah melewati
kurun waktu tertentu akan menyesuaikan diri.
5. Faktor Lingkungan
Lingkungan adalah tempat dimana seseorang menetap dan
tinggal, dalam hal ini menyangkut lingkungan fisik, serta sosial mulai dari
lingkungan di sekitar tempat tinggal sampai lingkungan di tempat dimana para
siswa belajar. Kualitas kesehatan seseorang dapat dilihat dengan keadaan status
kesegaran jasmaninya.
E. Kriteria
Kesegaran Jasmani
Penggolongan kriteria kesegaran jasmani dalam
penelitian ini, disesuaikan dengan panduan tes yang dilakukan. Jenis tes
tersebut dengan menggunakan panduan (TKJI) Tes Tingkat Kesegaran Jasmani
Indonesia, dengan item tes sebagai berikut:
1. Lari cepat 40
meter (Sprint)
2. Bergantung Siku
Tekuk selama 30 detik (Flexed Arm Hang)
3. Baring duduk selama 30 detik (Sit Up)
4. Loncat tegak (Vertical jump)
5. Lari sedang 600
m
Adapun lima kriteria yang dimaksud dan juga
pengkomulatifan dalam penentuan kategori secara global tiap individu adalah a)
Baik Sekali (BS) dengan nilai 5, b) Baik (B) dengan nilai 4, c) Sedang (S)
dengan nilai 3, d) Kurang (K) dengan nilai 2, e) Kurang Sekali (KS) dengan
nilai 1.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian (Arikunto, 1991:102). Adapun populasi yang menjadi subyek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas VI SD ..................., sejumlah 20 orang anak
laki-laki 12 orang dan perempuan 8 orang.
2.
Sampel
|
Tehnik pengambilan sampel menggunakan
tehnik total sampling atau sampling
population. Dikatakan sampel total karena masing-masing anggota populasi
sekaligus bertindak menjadi anggota sampel penelitian yaitu semua siswa kelas
VI SD (......Subyek Penelitian), sejumlah 20 orang anak laki-laki 12
orang dan perempuan 8 orang.
B. Variabel
Penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002:96)
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya
adalah siswa kelas VI SD (......Subyek Penelitian), sedangkan variabel terikatnya adalah tingkat
kesegaran jasmani.
C. Teknik
Pengumpulan Data.
Metode pengumpulan data merupakan faktor yang sangat
penting dalam sebuah penelitian, karena berhubungan langsung dengan data yang
diperoleh. Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitian. Untuk memperoleh data sesuai maka
penelitian ini menggunakan metode survai dengan teknik tes (Arikunto,
2002:197).
·
Tes Kesegaran Jasmani
Pengukuran
tingkat kesegeran jasmani digunakan Tes Kesegaran Jasmani
Indonesia atau TKJI. Tes ini merupakan suatu rangkaian tes, oleh karena itu semua butir tes harus
dilaksanakan dalam suatu satuan waktu. Sebelum
melakanakan tes pengukuran semua responden diberi penjelasan tentang maksud, tujuan dan kegunaan tes
kesegaran jasmani yang akan dilakukan,
serta cara melakukan masing-masing butir tes tersebut. Untuk memperoleh data hasil belajar diperoleh
dari dokumentasi.
Tes
kesegaran jasmani pada penelitian ini berada di lapangan yang tempatnya tidak
jauh dari sekolah yang meliputi 5 jenis tes yaitu lari 40 meter, Bergantung
Siku Tekuk (Pull up) selama 30 detik, Baring Duduk (Sit Up)
selama 30 detik, Loncat tegak (Vertical
jump), dan Lari Sedang 600 meter.
Hasil pengukuran kelima tes tersebut dicatat dan
diberikan penilaian menggunakan norma yang berlaku seperti pada lampiran,
selanjutnya nilai-nilai
tersebut dijumlah
dan dikonsultasikan dengan norma kesegaran jasmani seperti
pada tabel.
Adapun
nilai dan klasifikasi hasil tes kesegaran jasmani pada siswa, dapat dilihat
pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1.
Nilai Tes Kesegaran Jasmani untuk Umur 10-12 Tahun
Lari 40 meter
(waktu)
|
Gantung siku tekuk (Waktu)
|
Baring duduk
30 detik
|
Loncat tegak
(cm)
|
Lari 600 meter
(waktu)
|
Nilai
|
….. – 6,3”
|
51” - …..
|
23 - ….
|
46 - …..
|
… - 2,09”
|
5
|
6,4” – 6,9”
|
31” – 50”
|
18 – 22
|
38 – 45
|
2,10” – 2,30”
|
4
|
7,0” – 7,7”
|
15” – 30”
|
12 – 17
|
31 – 37
|
2,31” – 2,45”
|
3
|
7,8” – 8,8”
|
5” – 14”
|
4 – 11
|
24 – 30
|
2,46” – 3,44”
|
2
|
8,9” - …
|
0” – 4”
|
0 – 3
|
…. – 23
|
3,45” - …..
|
1
|
Sumber: Buku Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk
Anak Umur 10-12 tahun
(2003:24).
Setelah menentukan nilai tes kesegaran jasmani untuk umur 10-12 rahun dengan jenis
kelamin putra dan putri di atas, maka selanjutnya menentukan klasifikasi
tingkat kesegaran jasmani mempergunakan norma tes kesegaran jasmani Indonesia
yang berlaku untuk putra dan putri untuk kelompok umur, seperti tabel 3.2 di
bawah ini:
Tabel 3.2
Norma Tes Kesegaran Jasmani Indonesia
No
|
Jumlah Nilai
|
Klasifikasi
|
Keterangan
|
1
|
22 – 25
|
BS
|
Baik Sekali
|
2
|
18 – 21
|
B
|
Baik
|
3
|
14 – 17
|
S
|
Sedang
|
4
|
10 – 13
|
K
|
Kurang
|
5
|
5 – 9
|
KS
|
Kurang Sekali
|
Sumber: Buku
Tes Kesegaran Jasmani Indonesia untuk Anak Umur 10-12
tahun (2003:25).
D.
Teknik Analisis Data.
Metode analisis data yang di gunakan dalam penelitian
ini adalah deskriftif presentase. Adapun rumus yang digunakan:
Nilai Persentase =
Keterangan:
F = Jumlah Frekuensi jawaban
N = Jumlah responden
(Sudijono, 2001:40-41).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1991. Prosedur
Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
………….
2002. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta.
Bompa, T.O. 1983. Theory and Methodology of
Training; The Key to Athletic Performance. Ontario Canada: Kendall/Hunt.
……………. 1994. Theory
and Methodology of Training, 3rd Edition. Toronto: Publising Company.
Depdikdub. 1986. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia. Semarang: Kanwil Departemen P dan K
Depdiknas, 2003, Kurikulum
2004. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SD/MI, Jakarta :
Depdiknas.
Kosasih, Engkos. 1983. Olahraga dan Kesehatan. Jakarta:
Erlangga.
Fox,
T.L.E.L., Bowers, R.W., and Foss, M.L. 1992. The Physiological Basis for Exercise and Sport, 5th edition.
Jowa: Brown & Bencmark Publishers.
Gabberd. Carl,et al,
1987. Phyysical Education For
Children, Newsletter.
Harsono. 1988. Coaching
dan Aspek-aspek Psikologi dalam Coaching. Jakarta: Dirjen Dikti Proyek
Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Herre.1982.
Sprint and relays. London: British Amateur Athletic Board.
Khomsin.
2002. Paparan Perkuliahan Mahasiswa Perkembangan dan Belajar Motorik. Semarang:
PKLO FIK UNNES
Moeloek, D & Arjatmo T (Ed). 1984. Kesehatan
Olahraga. Jakarta: FK UI Jakarta
Nurhasan.
2001. Tes dan Pengukuran dalam Pendidikan
Jasmani. Jakarta: Depdiknas Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah
Bekerjasama dengan Ditjen Olahraga.
Pusat
Kesegaran Jasmani dan Rekreasi. 2003. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (TKJI).
Jakarta: Depdikbud
|
Racliffe dan
Farentinos. 1985. The Biomechanics of Sports Tecniques. Englewood Cliffs, N.J.07632 :
Prentice-Hall, Inc
Sajoto, M. 1988. Pembinaan
Kondisi Fisik dalam Olahraga. DEPDIKBUD Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi EK Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta.
………….
1995. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik dalam Olahraga.
Kota Semarang: Dahara Prize
Sudijono, A. 2001. Pengantar
Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.
Suharno
HP. 1985. Ilmu Kepelatihan Olahraga.
Yogyakarta : Yayasan STO.
Syarifuddin, A. 1992.
Atletik. Jakarta: Depdikbud.
Sumardianto.
2000. Sejarah Olahraga. Depdikbud: Direktorat jenderal Pendidikan
tinggi.
Winarno,
M.E. 2006. Dimensi Pembelajaran Pendidikan
Jasmani dan Olahraga. Malang: Laboratorium Jurusan Ilmu Keolahragaan FIP
Universitas Negeri Malang.